Sabtu, 01 Oktober 2016

JPO Pasar Minggu



Pernahkah kita membayangkan ketika kita melintas di Jembatan penyebrangan orang kemudian jembatan tersebut jatuh? Tentu tidak ada yang mau merasakan hal tersebut, bahkan kadang tidak terlintas di benak kita. Karena menurut kita Jembatan yang telah dibuat pasti sudah memenuhi standar keamanan di Indonesia. 
 
Namun siapa sangka, namanya musibah tidak ada yang tahu kapan terjadinya. Seperti kejadian di jembatan penyebrangan orang (JPO) Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada hari Sabtu ( 24/09/2016) lalu. Robohnya JPO tersebut sempat menarik banyak perhatian warga sekitar maupun netizen. Disini saya akan membahas pristiwa tersebut.

Jembatan penyebrangan orang tersebut roboh karena terpaan angin kencang yang menerpa JPO. Karena JPO di kelilingin dengan reklame yang menutupnya sehingga membuat angin menerpa JPO dan JPO tersebut tidak kuat untuk menahannya. Di saat kejadian di sana sedang hujan dan juga angin kencang sehingga bisa menjadi salah satu faktor rubuhnya JPO tersebut.

 Namun ada juga yang beranggapan bahwa JPO tersebut rubuh karena usia yang sudah telalu lama dan JPO tersebut tidak terpelihara dengan baik. Karena sebelum kejadian tersebut, JPO pasar minggu sudah di jumpai kurang bagus dan belum di perbaiki. 

Menurut Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andriyansyah, pemasangan papan reklame di JPO yang tak sesuai dengan aturan menjadi penyebab jembatan itu rubuh. Dia menyampaikan bahwa ketinggian reklame yang kurang-lebih 3 meter hampir menutupi seluruh ruang sisi railing JPO, Sewajarnya letak papan reklame berada 30 sentimeter dari gelagar (bentangan baja) ke bawah dengan ketinggian maksimal 1 meter. Selain itu, seharusnya konstruksi papan reklame tidak boleh menempel pada railing JPO. Konstruksinya harus berdiri sendiri. Namun yang terjadi di JPO yang roboh, konstruksi papan reklame menempel pada railing 
Hal inilah, yang menyebabkan JPO tak memiliki ruang sirkulasi udara. Dengan adanya tekanan angin yang besar, rangka railing JPO tidak kuat menahan gaya angin yang besar sehingga mengakibatkan railing JPO roboh. Dia mengatakan sampai saat ini masih menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas izin pendirian papan reklame tersebut. Ia masih enggan memastikan siapa pihak yang terlibat dalam kasus ini. Biar nanti hasil investigasi yang mengungkapnya, itu yang dikatakan  Andriyansyah.
Menurut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Gubernur Dki Jakarta. Jadi JPO harusnya terbuka. Tidak boleh ada dinding yang menahan angin. Dari sisi keamanan juga mengantisipasi kalau terjadi perampokan dan pelecehan.
Menurut Ahok, JPO Pasar Minggu merupakan JPO lama yang pembangunannya hasil kerjasama dengan swasta. Kerjasama itu membuat swasta memiliki kompensasi untuk memasang iklan di JPO. Dia menyatakan, ke depan pembangunan JPO tidak boleh lagi mengandalkan kerjasama dengan swasta. Dengan demikian JPO tidak dipasangi iklan.
Ia mengaku sudah menginstruksikan hal tersebut ke Dinas Perhubungan dan Transportasi maupun PT Transportasi Jakarta (khusus untuk JPO yang tersambung ke halte busway). Ahok mencontohkan JPO di Bundaran HI yang disebutnya akan menjadi role model pembangunan JPO di Jakarta ke depan. Dan Beberapa pihak swasta ngajuin gimana kalau kami rapiin, kami pasang iklan. Saya tolak, kata Ahok.
Sedangkan pendapat Davy Sukamta selaku Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI). “Suatu bangunan yang memenuhi syarat harus dirancang terhadap pengaruh angin juga. Jadi tidak ada alasan roboh karena angin kencang.” Tuturnya kepada Kompas.com. Itulah beberapa pendapat dan tanggapan yang di sampaikan setelah rubuhnya JPO Pasar Minggu. Selanjutnya bagaimana Kronologi robohnya JPO tersebut ? 

Kronologi terjadinya pristiwa tersebut di sampaikan oleh seorang saksi mata bernama Rojudin, Pria 51 tahun itu menjadi saksi mata ambruknya jembatan penyebrangan orang (JPO) pasar Minggu, Jakarta Selatan. Jembatan yang tertutup spanduk berukuran besar itu jatuh dan menimpa mobil Suzuki APV yang ia kendarai.  

Ketika itu, Pria yang bekerja sebagai sopir pribadi itu, menceritakan kronologis kejadian yang menimpanya. Ketika ia sedang melintas dari arah Serpong, Tangerang Selatan, Banten menuju ke arah Pancoran, Jakarta Selatan, untuk menjemput anak majikannya. Namun nahas, saat melintasi jembatan penyebrangan itu mobilnya tertimpa jembatan yang ambruk. Sebelum jembatan tersebut ambruk. Rojudin sempat melihat beberapa orang tengah menyebrangi jembatan yang menghubungkan pusat pertokoan Robinson dan Stasiun Pasar Minggu. Ia melihat tiga orang jatuh dari atas. 

Menurut Rojudin, sang ibu yang menggandeng anak kecil serta satu orang perempuan itu jatuh dari jembatan penyebrangan setinggi sekitar 20 meter. Namun, ia mengaku tidak sempat menolong ketiga orang itu. Dia hanya bergegas membuka pintu mobil dan lari menyelamatkan diri menjauhi jembatan. Itulah kronologis yang di sampaikan seorang saksi sekaligus juga korban selamat dari rubuhnya JPO Pasar Minggu. Lalu berapakah korban dari rubuhnya JPO tersebut?

Korban dari rubuhnya JPO tersebut di sampaikan oleh Camat Pasar Minggu, Eko Kardiyanto, Korban dibawa ke RSUD Pasar Minggu dan RSUP Siaga Raya, Jakarta Selatan. Dari semua korban itu, ada tiga orang yang meninggal dunia,. Adapun korban yang meninggal itu, adalah Sri Hartati (52) warga Pancoran Mas, Depok di bawa ke RSUD Pasar Minggu. Aisah Zahra Ramadani (8) warga kampung Vitara. Serta Lilis Lestari (43) warga Jalan Sono Keling 2, Sukmajaya, Depok. 

Sementara yang mengalami luka yang berada di RSUD Pasar Minggu bernama Al Zikri Al Kabi (5). Selanjutnya, Zarah Wigiarni (42) warga Kebon Baru, Tebet dirujuk ke RS Tarakan. Karim Nur Firdausy (23) yang sudah pulang. Dan Rumaisah Azizah (22) warga Surakarta yang dirujuk ke RS Tarakan. 

Kemudian, korban luka di RS Siaga Raya bernama Abu (5) warga Kampung Vitara dirujuk ke RS Tarakan. Didi (19) dan Ahlan (19) warga Pasar Minggu yang saat ini telah diperbolehkan pulang.‎ Itukah nama korban rubuhnya JPO pasar minggu yang saya dapat dari sumber okezone.com. Ada beberapa korban yang berasal dari Depok membuat Wakil Wali Kota Depok ikut menyampaikan argumennya.

Pradi Supriatna selaku Wakil Wali Kota Depok meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bertanggung jawab atas musibah yang menimpa tiga warga Depok. Ketiganya tewas akibat ambruknya jembatan penyeberangan orang di Pasar Minggu.

Menurut Priadi, Ahok harus bertanggung jawab lantaran fasilitas umum itu tidak dipelihara dan di perhatikan dengan baik."Ahok harus bertanggung jawab. Ini fasilitas umum yang kelebihan beban dan tidak diperhatikan,"  Itu yang di katakan Priadi setelah mendatangi rumah duka salah seorang warganya yang meninggal tertimpa JPO. Priadi berujar, pemerintah Kota Depok meminta pemprov DKI mengevaluasi seluruh bangunan yang bisa mengacam keselamatan orang. Dan dia juga menegaskan akan mengevaluasi kekuatan bangunan yang berada di Depok juga.

Asisten Tata Praja Kota Depok Sri Utomo menuturkan Pemkot Depok meminta Jakarta bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pengobatan warga Depok yang menjadi korban tewas dalam musibah tersebut. “Kami juga menyerahkan kepada polisi jika ada kelalaian dalam pemeliharaan dan pengawasan fasilitas umum yang membahayakan warga”, ujarnya. 

Untuk menyelidiki lebih lanjut JPO tersebut kita akan membahas tentang anggaran atau biaya perbaikan JPO tersebut. Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan kepada wartawan di kantornya.
Dia sudah perintahkan kapolres. Itu kan jembatan harusnya kan ada biaya maintence-nya. Kalau ada kenapa tidak dilakukan? 

Pihaknya pun akan melakukan penyelidikan apakah biaya itu ada atau tidak. Sebab jika ada, kenapa biaya tersebut tak digunakan ditengah cuaca yang mudah hujan seperti sekarang ini.
“Kalau ada ya kita akan minta pertanggungjawaban kenapa tidak dilakukan maintance terjadi kerusakan sehingga menyebabkan ada angin, keropos, jatuh dan menimpa orang. Itu yang akan kami dalami”, ujarnya. 

Pihaknya juga akan memanggil dinas perhubungan untuk dilakukan pemeriksaan jika ternyata biaya maintenance itu ada. “ Belum dipanggil (dishub), masih kami dalami. Kan nanti dilihat dulu dishub dibagian apa ada gak tuh biaya maintancenya. Kalau ada kenapa gak dilakuin. Kalau udah dilakukan mungkin ada faktor lain”. Itu lah yang di sampaikannya tentang biaya perbaikan dan pemeliharaan JPO. 

Setelah kejadian tersebut, Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Polri menyisir sisa reruntuhan jembatan penyeberangan orang (JPO) di Pasar Minggu yang ambruk pada Sabtu kemarin. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data.

            Kepala Bidang Balistik Metalurgi Forensik Pusat Laboratorium Forensik Komisaris Besar Ulung Kanjaya yang memimpin tim tersebut, mengatakan “ pihaknya belum dapat menyampaikan dugaan penyebab ambruknya JPO itu. Memang ada korosi, nanti akan menentukan penyebabnya setelah diperiksa di labfor “, kata Ulung.
            Dalam penyisiran tersebut, ditemukan beberapa bagian jembatan yang korosi. Beberapa barang, seperti sisa korosi di bagian bawah jembatan dan sambungan las dibawa untuk pemeriksaan. Untuk melakukan pemeriksaan terhadap temuan itu, kata dia, akan digunakan beberapa alat bantu, seperti X-Ray Fluorescence dan Reduction Optical Spectrometry.

            Ulung mengatakan pemeriksaan diperkirakan bakal memakan waktu selama empat hari. Kesimpulannya akan kami berikan setelah pemeriksaan ulang di laboratorium, ujarnya. Begitu yang di sampaikannya tentang penyelidikan JPO.

            Jadi menurut saya pribadi penyebab robohnya jembatan penyebrangan orang (JPO) di Pasar Minggu terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi. Seperti kontruksi JPO yang sudah berumur dan korosi pada JPO. Serta banyaknya iklan yang memenuhi JPO seperti spanduk atau reklame yang menyebabkan fungsi JPO tidak berjalan semestinya .Karena ketika JPO tersebut di penuhi atau di tutupi dengan Reklama, kemudian di terpa angin kencang dapat mengakibatkan rubuhya JPO karena angin tersbut tidak menembus JPO melainkan menghantam reklame. Jadi semestinya setiap Jembatan penyebrangan orang atau JPO harus selalu di periksa dan diawasi setiap bulannya, serta di cek kelayakannya agar tidak menimbulkan kejadian yang sama di kemudian harinya. Pemasangan reklame dan iklan sebenarnya boleh saja asal tidak menyalahi aturan sehingga tidak berdampak buruk. Reklame dan iklan tersebut harus di batasi dan di awasi juga oleh pihak yang berwajib, apakah reklame dan iklan tersebut sudah memiliki izin atau ilegal. 

Dan pengawasan terhadap anggaran perbaikan dan pemeliharaan JPO, apakah anggaran tersebut sudah ada namun tidak berfungsi dengan semestinya atau anggaran tersebut tidak ada, dan harus di ajukan anggaran perawatan JPO agar setiap JPO yang ada bisa di awasi dan di pelihara dengan baik.

Dengan kejadian ini, kita tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak saja. Karena ini adalah fasilitas umum yang harus di rawat dengan baik. Karena ketika semua pihak saling membantu untuk menjaga fasilitas umum pasti akan menjadikan fasilitas umum tersebut lebih terawat dan terjaga. Karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Dan juga harus di selidiki lagi lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan kenapa JPO tersebut rubuh.

Dikutip dari :


 Davied Sufriadi, 2EB04. Npm 21215611. Tugas Softskill Minggu pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar